Kemendikbud Cari Solusi Masalah Distribusi Buku
UTAMA
| Kamis, 21 Agustus 2014 | dibaca: 172 kali
JAKARTA - Molornya pengiriman buku Kurikulum 2013 ke
sekolah di daerah --termasuk Kaltim-- memunculkan pertanyaan mengenai
keefektifan sistem tender terpusat. Muncul usulan pengalihan sistem
tender ke pemerintah daerah untuk memutus mata rantai penyaluran dan
birokrasi yang panjang. Namun, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) M Nuh menegaskan sistem tender akan tetap dilakukan secara
terpusat.
Dia mengatakan, dengan tender terpusat ini, Kemendikbud berupaya
menekan harga buku semurah-murahnya. “Kalau tendernya ditangani daerah
harga buku bisa kembali mahal,” kata Nuh kemarin.
Nuh mengatakan, tender terpusat memang berujung pada pembagian
penggandaan buku dalam jumlah besar untuk setiap pemenang tender. Jumlah
cetakan besar itu ditetapkan karena satu pemenang tender bisa menangani
beberapa daerah.
Nah, dari besarnya jumlah buku yang dicetak itu, Nuh
mengatakan, harga per eksemplar bisa menjadi murah. Dia menuturkan harga
buku kurikulum baru berkisar antara Rp 9.000/eksemplar hingga Rp 20
ribuan/eksemplar. Dia meyakini bahwa pencetakan buku dalam jumlah besar,
total cost-nya jauh lebih murah ketimbang mencetak buku dalam jumlah kecil.
Kelemahan lain jika percetakan buku didaerahkan adalah tidak ada
percetakan yang bersedia mengikuti tender di daerah-daerah terpencil.
“Misalnya di kabupaten-kabupaten pedalaman Papua dan Papua Barat sana.
Siapa yang bersedia mengambil?” tanyanya.
Ujung-ujungnya dengan kondisi terpaksa, pemda setempat menunjuk
percetakan dari luar pulau. Kebijakan ini tentu bisa membuat harga buku
per eksemplarnya naik. Sebab ada biaya tambahan, yakni mengirim buku
dari luar pulau.
Dengan sistem tender terpusat ini, Nuh mengatakan percetakan bisa
mendapatkan tender untuk daerah yang aksesnya mudah dan daerah
terpencil. “Tidak bisa hanya memilih daerah-dearah mudah dijangkau
saja,” katanya.
Terkait dengan ada kasus keterlambatan pengiriman buku, akan dicari
solusinya. Misalnya terus mendorong sekolah segera memesan buku. Atau
cara lainnya, misalnya dengan mendorong percetakan untuk segera
mendistribusikan buku-buku yang telah dicetak.
Keterlambatan distribusi buku Kurikulum 2013 juga terjadi di Kaltim.
Sebelumnya diwartakan, untuk sementara sekolah-sekolah di Samarinda
menggunakan soft file yang diunduh dari situs bse.mahoni.com. Kepala Dinas Pendidikan Samarinda Asli Nuryadin menyatakan, pada awal tahun ajaran baru ini, materi diberikan dalam bentuk file di dalam CD. Namun, dia memprediksi buku akan datang dalam beberapa hari ke depan.
Sebagai informasi, buku Kurikulum 2013 hanya akan diberlakukan untuk
siswa SD/MI dari kelas 1, 2, 4, dan 5. Sedangkan SMP/ MTs dari kelas 7
dan 8. Sementara itu, untuk siswa SMA/ SMK/ MA dari kelas 10 dan 11.
Sedangkan untuk kelas lain masih menggunakan kurikulum lama. (wan/sof/zal/k8)